Muhammad Sang Pengasih

Muhammad Sang Pengasih

Muhammad Sang Pengasih

 

Oleh : Ikhwanushoffa (Manajer Area Lazismu PWM Jawa Tengah)

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At-Taubah: 128)

Demikianlah Rosulullooh SAW, demikianlah Kekasih Alloh SWT. Amat merasakan kaumnya yang munafik dan kafir sesungguhnya batiniyahnya sedang sakit, jadi pastilah menderita sisi dalamnya. Sehingga Beliau begitu menginginkan mereka mendapatkan hidayah. Sedang terhadap mereka yang sudah mukmin tentu Sang Nabi sangat kasih sayang.

Dari ayat tersebut kita jadi lebih mudah memahami pesan Rosulullooh SAW: “Sekuat-kuatnya tali iman adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Thabrani). Cinta karena Alloh pasti sudah sangat sering dibahas. Benci karena sejurus dengan ayat di atas bukanlah benci pada orangnya, sehingga dalam kondisi diluar perang tetap halal darahnya. Namun, bencinya adalah bila kelakuan para munafik dan kafir itu sampai menular padanya sebagai seorang mukmin.

Munafik dan kafir sebagai individu, sebagai manusia, adalah sangat menderita. Coba kita bayangkan betapa susahnya diri kita ketika sedang tidak mendapat hidayah. Seorang mukmin tetapi belum mendapat hidayah tentang satu-dua hal saja sedemikian susahnya, apalagi belum mendapat hidayah iman. Sungguh penderitaan yang tak terperi. Demikianlah yang dirasakan Rosulullooh SAW.

Baca Juga:  Menjaga Kerukunan Antar Umat: Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia sebagai Momentum Harmoni

Kenapa Rosulullooh SAW sampai mempunyai perasaan sedemikian dalam? Karena Beliau telah merasakan nikmat dan manisnya puncak Iman. Sedemikian sehingga diganti dunia seisinyapun sama sekali sudah tak tergoda. Sifat Beliau yang keibuan (ummi) tentu ingin berbagi manis tersebut. Seperti Ibu kita akan segera memanggil kita anak-anaknya ketika masakan Beliau sudah matang.

Tak ada seorang Ibu yang memasak makanan, selezat apapun masakan itu yang hendak dimakan sendiri. Demikianlah jiwa keibuan Rosulullooh SAW. Maka, kita para mukmin para pengikut Beliau dalam menghadapi mereka yang belum mukmin adalah belas kasihan. Beliau begitu telaten dalam menghadapi mereka. Ketika dirinya disakiti, Beliau tidak pernah membalas. Beliau menuntut balas baru ketika umat Beliau yang disakiti dengan amat sangat.

Tidak ada peperangan zaman Rosulullooh SAW yang terjadi karena dendam atau kebencian. Semua peperangan dilakukan karena terpaksa karena umatnya mulai terancam. Sehingga kita akan makin paham pesan Beliau dihadapan para Shohabat: “Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi”. Kemudian mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, semua kami saling mengasihi”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kembali, “Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi untuk seluruh umat manusia” (H.R. Ath Thabrani).

Wallaahu a’lam.

Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Rizky Arif Prasetyo
1 month ago

maknanya sangat mendalam

SHARE

LATEST POST

Scroll to Top