Ustadzah Siti Aminah, 52 tahun, warga Desa Tratebang, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, bertahun-tahun tinggal di rumah yang terdampak banjir rob dan abrasi air laut, karena letak rumahnya di samping dermaga kapal di komplek Tempat Pelalangan Ikan (TPI) Wonokerto. Namun, dirinya tidak mendapatkan bantuan relokasi rumah dari pemerintah karena deleniasi atau diluar batas. Padahal pemerintah telah melakukan survey dan menyampaikan rumah ustadzah Aminah sudah tidak layak untuk dihuni.
Ustadzah Aminah menceritakan sejak pertama kali banjir rob melanda cukup parah di tahun 2014, Ustadzah Aminah berusaha bertahan di rumah yang telah dihuninya sejak SD tersebut hingga dilakukan peninggian lantai sampai tiga kali, karena air laut bisa masuk ke rumah mencapai ketinggian satu meter lebih. Beberapa perabot rumah tangganya seperti kulkas, dan sebagainya, juga sudah ditinggikan dengan meja, batako dan pengganjal lainnya. Ustadzah Aminah juga selalu siaga bila air laut naik. Jika air tiba-tiba masuk rumah sampai tinggi, dirinya akan mematikan aliran arus listrik di rumahnya dan menyelamatkan diri di kapal nelayan yang letaknya tak jauh dari rumah tempat tinggalnya. Bahkan hal itu pernah dilakukannya saat air laut naik dan masuk ke rumahnya pukul 02.00 dini hari. Hal tersebut membuat Ustadzah Aminah terkadang merasa lelah, apalagi suaminya telah meninggal enam tahun yang lalu karena sakit, tepatnya di tahun 2017. Dirinya mengaku pasrah kepada Allah sambil berusaha berikhtiar.
Ustadzah Aminah menceritakan, para tetangganya yang punya uang banyak dan kondisi ekonominya mampu bisa membeli tanah atau rumah di desa sebelah karena sudah bertahun-tahun terdampak banjir rob, tetapi ustadzah Aminah beserta warga lain yang kurang mampu, tidak bisa melakukan hal yang sama.
Dalam kesehariannya, Ustadzah Aminah adalah seorang guru mengaji dan pembimbing belajar anak-anak di desanya yang dia lakukan sejak tahun 1993 di rumah pribadinya setiap sore. Ustadzah Aminah tidak pernah meminta uang biaya belajar mengaji dan bimbingan pelajaran umum dari anak-anak di desanya. Dia merasa iba bila anak-anak belajar mengaji harus dimintai biaya, karena tidak semua masyarakat di lingkungannya mampu secara ekonomi. Masyarakat yang mampu pastinya akan menyekolahkan anaknya ke Taman Pendidkan Al Qur’an yang setiap bulan ada biaya administrasinya. Namun, ustadzah Aminah tidak mau melakukan itu, dia meyakini yang dilakukannya hanyalah berharap mendapatkan barokah dari Allah SWT.
Untuk menunjang kehidupannya sehari-hari, Ustadzah Aminah sehari-hari berjualan di warung makan sederhana miliknya yang melayani kebutuhan makanan para nelayan. Ustadzah Aminah juga membuka jasa pesanan dan antar makanan hingga ke jalur utama di pantura untuk menunjang penghasilannya yang tidak pasti karena pengaruh hasil tangkapan ikan para nelayan yang tidak selalu membuahkan hasil. Ramai dan tidaknya warung makannya bergantung dari kondisi tangkapan ikan para nelayan. Ustadzah Aminah juga mengeluh dalam beberapa bulan ini, tangkapan ikan para nelayan sangat sedikit, sedang tidak musim banyak ikan keluhnya, bahkan para nelayan untuk mengoperasionalkan kapalnya saja kesulitan. Hal tersebut berdampak pada kondisi warungnya yang juga ikut sepi.
Harga kebutuhan barang pokok di sekitar dermaga juga melonjak naik karena lokasinya yang jauh dari pasar Wonokerto. Untuk harga gas LPG misalnya, melambung hingga Rp. 24.000 untuk isi tabung ukuran 3 kg. Padahal akses jalan dari pasar ke kawasan TPI sekarang sudah bagus, sudah ditinggikan setengah tahun terakhir ini, tidak rusak seperti sebelumnya karena dihantam gelombang rob air laut. Ustadzah Aminah menceritakan sebelum jalannya bagus, kalau mau ke pasar harus menyebrang banjir rob dengan kapal penyebrangan menuju dermaga. Sepeda motor juga harus dititipkan di dermaga, tidak bisa masuk sampai rumahnya. Padahal jika belanja ke pasar, ustadzah Aminah selalu menyempatkan belanja kebutuhan-kebutuhan dasar dan keperluan masakan warungnya yang cukup banyak, sehingga susah membawanya. Seolah bertaruh nyawa menyebrangi banjir rob sambil membawa barang belanjaan.
Ustadzah Aminah mempunyai empat orang anak. Anak pertama dan keduanya sudah bekerja, tapi hanya cukup untuk membiayai kehidupannya sendiri, dan sedikit membantu untuk membeli beras, sedangkan dua anak yang lain masih mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dan SMA melalui bantuan KIP. Ustadzah Aminah mengaku sangat membutuhkan bantuan relokasi itu juga demi kelangsungan anak-anaknya ke depan. Anak-anaknya juga sering dilatih melakukan puasa Sunnah di hari Senin dan Kamis. Selain untuk mendidik agama, juga agar lebih irit biaya hidup keluhnya. Ustadzah mempunyai prinsip agar pendidikan anak-anaknya harus lebih tinggi dari dirinya yang hanya seorang lulusan SMP. Bahkan, ketika ustadzah Aminah mendapatkan bantuan langsung tunai dari pemerintah, ia gunakan untuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Dia mendorong semua anak-anaknya harus tetap mengenyam pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi. Alhamdulillahnya, anak-anaknya mempunyai semangat belajar yang tinggi.
Selain Ustadzah Aminah, rumah ibundanya, Ibu Kartonah, 68 tahun, yang letaknya berada di sebelah rumah Ustadzah Aminah juga tidak tercover bantuan dari pemerintah karena diluar batas. Kondisi rumah ibu Kartonah lebih memprihatinkan karena hampir setiap hari terendam hingga akhirnya Ibu Kartonah mengungsi di rumah anak kandungnya, di Desa Wonokerto Wetan, karena ibu Kartonah pernah terjatuh karena licinnya lantai yang sering terendam air laut. Jembatan orang yang dibuat untuk akses masuk ke rumah Ibu Kartonah juga sudah mulai lapuk jika dilewati. Bahkan ada ular yang melintas di sekitar rumah ibu Kartonah saat tim mencoba masuk ke rumahnya.
Ibu Kartonah tidak mampu meninggikan lantai rumahnya sehingga air senantiasa tidak pernah surut di rumahnya. Warung miliknya juga sempat kebakaran akibat konsleting arus listrik saat air laut menerjang rumahnya. Puluhan tabung gas dan barang-barang dagangan lainnya hangus terbakar dan hingga kini Ibu Kartonah belum mendapatkan bantuan apa-apa. Ibu Kartonah sebenarnya sangat berharap dapat bantuan relokasi dari pemerintah agar bisa tinggal di rumahnya sendiri, tidak numpang tinggal di rumah anak-anaknya dan merepotkan anak-anaknya.
Sobat, mari bantu relokasi rumah Ustadzah Aminah dan Ibu Kartonah ke tempat yang layak dan jauh dari bencana banjir rob air laut dan abrasi, Dengan Cara :
Belum ada Fundraiser
Menanti doa-doa orang baik